Bagaimana kita memulikan Rasulullah SAW







Pada bulan Rabiul Awal ini kita teringat momentum kelahiran Rasulullah Saw., tepatnya tanggal 12 Rabiul Awal. Mari pada kesempatan ini kita sejenak mengenal lebih dekat Rasulullah Saw.. Mengenal beliau dari pernyataan-pernyatan yang disampaikan banyak pihak tentang beliau:

Pertama, simaklah firman Allah SWT. tentang beliau. Dalam Al-Qur’an Allah SWT. menggambarkan 

pribadi Rasul Saw. sebagai berikut:                                                                                            
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ
Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al-Qalam: 4).
Rasulullah adalah seorang hamba yang diutus ke muka bumi ini sebagai rahmat bagi seluruh alam.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِ

Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107).

Allah SWT. dan para Malaikat bersalawat kepada Rasulullah Saw, dan memerintah orang-orang yang beriman untuk bersalawat kepada beliau. Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Al-Ahzab: 56).
Bagaimana Rasulullah menurut penuturan keluarganya?

Aisyah ra., isteri Rasul Saw. pernah menggambarkan akhlak beliau.
كَانَ خُلُقه الْقُرْآن
“Bahwa Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an”. (HR. Muslim).

Selanjutnya dengarkanlah penjelasan khadim (pembantu) Rasul Saw., Anas bin Malik tentang beliau:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, saya melayani Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun. Demi Allah Rasulullah tidak pernah membentakku, dan tidak pernah berkata kepadaku lantaran pekerjakan yang kulakukan, mengapa kau lakukan seperti itu, tidakkah seharusnya seperti ini?”. (HR. Muslim).

Bagaimana masyarakat memandang Rasulullah Saw.?

Rasulullah Saw. dijuluki masyarakatnya sebagai orang yang mulia (kariim) dan orang yang terpercaya (al-amiin), dan bahkan julukan itu juga keluar dari bibir orang-orang yang memusuhi beliau.

Di Era modern ini juga, Rasulullah Saw. mendapat kesaksian dari seorang non Muslim, sebagai orang urutan pertama diantara seratus jumlah orang besar di Dunia. Sebagaimana yang ditulis Michael Hart dalam bukunya.

Begitulah kemulian Rasulullah Saw. Ketika Allah dan para Malaikat memuji beliau. Ketika keluarga beliau sebagai saksi yang tidak mungkin salah atau keliru juga mengesankan beliau sebagai orang yang paling baik akhlaknya. Ketika seorang non Muslim, Michael Hart mengakui beliau sebagai orang besar nomor satu di Dunia. Ketika orang-orang Kafir Quraisy yang senantiasa memusuhi beliau itu, memberikan julukan orang yang terpercaya (al-amiin) dan orang yang mulia (kariim) kepada beliau.

Sudah sepatutnya kita sebagai umatnya, lebih berkewajiban untuk memuliakan beliau. Kita lebih berkewajiban memuliakan seorang Nabi yang ketika ajalnya tiba, beliau masih memikirkan kita, Umatnya. Kita lebih berhak dan berkewajiban -ketimbang orang non-Muslim- untuk memuliakan beliau sebagai Nabi Umat Islam. Kita lebih wajib memuliakan beliau yang yang bisa memberikan syafaat kepada kita nanti di Akhirat. Lantas bagaimana cara kita memuliakan Rasulullah Saw.?

Paling tidak kita memuliakan Rasul Saw. lewat tiga hal. Pertama, komitmen dengan Rasul Saw.. Kedua, dengan meneladani Rasul Saw.. Ketiga, dengan membela dan memperjuangkan ajaran Rasul Saw.
 

Pertama, komitmen dengan Rasul Saw.. Ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah. Rasulullah Saw. bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian dua hal, dimana kalian tidak akan tersesat selama berpegang pada dua hal tersebut; Al-Qur’an dan Sunah”.

Ajaran Islam yang dijalankan Rasul dan para Salaf Saleh. Mereka memahami dan menjalankan Islam secara keseluruhan. Dalam setiap lini kehidupan mereka. Mereka melakukan kewajiban ibadah mahdhoh seperti sholat, puasa, zakat dan lainnya. Merka juga melakukan ibadah sosial, dan seterusnya. Karena memang Islam adalah agama yang menyentuh seluruh sisi kehidupan kita. Karena itu setiap gerak-gerik seorang Muslim bisa bernilai ibadah di sisi-Nya jika dilakukan dengan ikhlas karena Allah dan tidak keluar dari nilai Islam.

Kedua, cara kita memuliakan Rasulullah adalah dengan meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari. Rasul Saw. diutus ke Dunia ini untuk menjadi tauladan bagi setiap Muslim. Allah SWT. berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Al-Ahzab: 21).

Rasulullah Saw. yang paling pantas ditauladani. Karena beliau mendapat legitimasi langsung dari Allah SWT. Karena itu, seyogiyanya bagi kaum Muslimin untuk mengenal kehidupan Rasulullah Saw., dengan membaca buku sirah Rasul, mendengar ceramah atau kajian tentang sirah dan lain sebagainya. Sehingga sosok perilaku beliau bisa bersemayam dalam pikiran kita, untuk selanjutnya kita meneladani beliau.

Jangan sampai kita keliru memilih tauladan dan contoh panutan dalam kehidupan kita. Tauladan kehidupan kita bukanlah orang-orang yang jauh dari agama. Tauladan kita bukanlah orang-orang yang tidak mengindahkan norma susila. Tauladan kita bukanlah orang-orang yang menjadi bulan-bulanan media. Kita perlu bercermin diri, selama ini siapa yang kita jadikan contoh. Contoh dalam berperilaku, contoh dalam gaya hidup, contoh dalam membina rumah tangga dan seterusnya.

Rasulullah Saw. sebagai seorang manusia memang sengaja diturunkan ke bumi untuk menjadi contoh riil bagi manusia. Dan itulah hikmahnya. Sehingga manusia tidak peseimis atau enggan mencontoh Rasulullah Saw. Karena Rasul Saw. juga seorang manusia.

Jika Allah SWT. mengutus seorang Malaikat untuk menyampaikan ajaranNya. Jika Allah menurunkan Malaikat untuk menjadi panutan bagi manusia, Allah mampu untuk itu. Tetapi ceritanya akan berbeda. Bahwa tabiat Malaikat berbeda dengan tabiat manusia. Jika Malaikat yang diutus dan dijadikan tauladan, maka manusia bisa membuat alasan untuk tidak mencontohnya, mereka akan berkata: “wajar, dia kan Malaikat, beda dengan kita manusia”. Jika Malaikat yang diutus dan dijadikan tauladan, manusia tidak akan terdorong untuk menauladaninya, karena tabiat Malaikat berbeda dengan tabiat manusia.
أقول قولى هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم

Ketiga, membela dan memperjuangkan ajaran Rasul Saw.

Setelah seorang Muslim berupaya untuk komitmen dengan ajaran yang dibawa Rasul Saw.. Berupaya untuk mencontoh beliau dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya apa yang dilakukan adalah membela dan memperjuangkan ajarannya.

Langkah ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari amal yang kecil sekalipun. Rasul Saw. juga memerintah kita untuk merubah kemungkaran mulai dengan amal yang kecil hingga yang besar. Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, rasulullah Saw. bersabda:

Siapa dari kalian yang menyaksikan kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubah dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka ubahlah dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah serendah-rendahnya iman”. (HR. Muslim).

Siapa yang memiliki kekuasaan maka ia bisa menjadikan kekuasaan itu sebagai sarana dan alat untuk menebar kebaikan dan mencegah kemungkaran. Siapa yang mampu berbicara dan menulis, ia bisa meninggikan kebenaran dan mencegah kemungkaran lewat sarana tersebut. Siapa yang hanya bisa mengingkari kemungkaran dengan hati, itu juga termasuk bagian dari iman, dan serendah-rendahnya iman. Tentunya menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran dilakukan dengan cara dan langkah yang hikmah, sesuai metode dakwah Islam sebagai rahmat (penebar kasih sayang) bagi sekalian alam.

Semoga Allah SWT. senantiasa memberika kita petunjuk dan kekuatan untuk bisa memuliakan Rasulullah Saw. dengan sebenarnya. Memuliakan beliau dengan berpegang teguh terhadap ajarannya, dengan meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari dan dengan cara membela serta memperjuangkan ajaran Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites